Sunday, October 26, 2014

Apalah arti sebuah Nama

Apalah arti sebuah nama itu sepengal kalimat yand dipopulerkan oleh novelist dunia Shakespeaare  dalam novelnya yang berjudul "Romeo and Juliet". namun saya tidak akan membahas masalah shakespeare ataupun novel nya, tp saya akan menceritakan tentang asal usul nama. Nama subuah desa yang diberi nama "JASINGA".

Mengenai asal usul nama Jasinga sendiri hingga kini masih terdapat berbagai versi. Kebanyakan versi yang melekat dan diyakini masyarakat yaitu cerita yang didapat dari penuturan turun temurun dari mulut ke mulut para sesepuh setempat. Hanya orang-orang tertentu saja yang merujuk kepada sumber autentik dan masih dijadikan bahan kajian bagi masyarakat Jasinga untuk menambah versi.

Ada beberapa versi mengenai asal usul nama Jasinga antara lain :
1. Mitos seekor Singa yang melegenda, jelmaan dari tokoh-tokoh Jasinga.
2. Pembukaan lahan yang dilakukan oleh Wirasinga, hingga nama lahan tersebut dijadikan nama Jasinga atas jasa Wirasinga.
3. Jayasingharwarman (358-382 M) Raja Tarumanagara I yang mendirikan Ibukota dengan nama Jayasinghapura.
4. Dua dari tujuh ajaran Sanghyang Sunda yaitu Gajah lumejang dan Singa bapang yang digabungkan menjadi Jasinga.

Pendapat pertama, bahwa nama Jasinga dikaitkan dengan riwayat atau cerita yang dituturkan oleh para sesepuh Jasinga seperti Wirasinga, Sanghyang Mandiri dan Pangeran Arya Purbaya dari Banten. Dalam setiap hidupnya serta perjuangannya mempunyai wibawa seperti seekor singa. Bahkan sempat berwujud menjadi seekor Singa. Perwujudan Singa tersebut membuat orang disekitar yang melihatnya menjadi terkejut dan kagum, dan setiap orang yang melihat akan mengucapkan : “Eeh.. Ja.. Singa eta mah”. Kata “Ja” menjadi kata identitas tersendiri di Jasinga yang berguna untuk memperjelas kalimat berikutnya, seperti ”Da” di daerah Priangan.

Pendapat kedua meyakini bahwa Wirasinga keturunan Sanghyang Mandiri (Sunan Kanduruan Luwih) membuka lahan di Pakuan bagian barat (Ngababakan lembur anyar). Nama daerah tersebut dinamakan Jasinga oleh Sanghyang Mandiri serta menobatkan Wirasinga sebagai penguasa baru Jasinga atau sebagai Jaya Singa sebuah daerah yang makmur yang dipimpin oleh Wirasinga, seperti Jakarta yang berasal dari daerah yang bernama Jaya Karta dengan salah satu pemimpinnya yaitu Pangeran Jaya Wikarta.

Pendapat ketiga cukup menarik karena mengacu pada sejarah autentik bahwa Jasinga berasal dari kata Jayasingha. Diceritakan bahwa seorang Reshi Salakayana dari Samudragupta (India) dikejar-kejar oleh Candragupta dari Kerajaan Magada (India), hingga akhirnya mengungsi ke Jawa bagian barat. Ketika itu, Jawa bagian barat masih dalam kekuasaan Dewawarman VIII (340-362 M) sebagai raja dari kerajaan Salakanagara. Jayasingharwarman menikah dengan Putri Dewawarman VIII yaitu Dewi Iswari Tunggal Pertiwi, dan mendirikan ibukotanya Jayasinghapura. Jayasinghawarman (358-382 M) bergelar Rajadiraja Gurudharmapurusa wafat di tepi kali Gomati (Bekasi) Ibukota Jayasinghapura dipindahkan oleh Purnawarman Raja Taruma III (395-434 M) ke arah pesisir dengan nama Sundapura.

Satu tambahan sebagai pendapat keempat bahwa Jasinga berasal dari kata Gajah Lumejang Singa Bapang. Dua dari tujuh ajaran Sanghyang Sunda sekaligus menetapkannya sebagai suatu tempat komunitas Sunda. Tujuh ajaran tersebut yaitu : Pangawinan (Pedalaman Banten), Parahyang (Lebak Parahyang), Bongbang (Sajira), Gajah Lumejang (Parung Kujang-Gn. Kancana), Singa Bapang (Jasinga), Sungsang Girang (Bayah), Sungsang Hilir (Jampang-Pelabuhan Ratu).

Tujuh ajaran tersebut mempengaruhi Purnawarman sebagai Raja Taruma III (395-434 M), sehingga ia mendirikan ibukota dengan nama Sundapura. Keruntuhan Taruma terjadi pada masa Linggawarman (669-732 M) sebagai Raja Taruma XII karena begitu kuatnya pengaruh Sunda. Putri Linggawarman yaitu Dewi Manasih (Minawati) dinikahkan dengan Tarusbawa putra Rakyan Sunda Sembawa. Tarusbawa menjadi Raja Sunda (669-732 M) dan Taruma pun runtuh. Pengaruh Hindu pun akhirnya melemah dan menjadi ajaran leluhur ajaran Sanghyang Sunda.

Dua titik wilayah yang merupakan Sanghyang Sunda yaitu Gajah Lumejang-Singa Bapang dijadikan tempat laskar bagi Kerajaan Sunda. Dan kedua nama tersebut disatukan menjadi Gajah Lumejang Singa Bapang kemudian menjadi nama Jasinga (Ja=Gajah Lumejang, Singa=Singa Bapang). Perpaduan dua Filosofi Gajah dan Singa.

Tujuh ajaran Sanghyang Sunda tersebut tercantum dalam Kitab Aboga yang diperkirakan dibuat pada masa kejayaan Kerajaan Pajajaran seperti dituturkan oleh narasumber bahwa kitab tersebut di bawa ke Leiden pada akhir abad 19.

Dengan memaknai baik secara kosakata (etimologi) maupun perlambangan (Hermeneutika), Jasinga mempunyai makna yang berarti. Dengan nama Jasinga lahirlah sebuah cerita rakyat melegenda hingga kini bagi masyarakat Jasinga. Di samping itu, adanya sosok Singa sebagai mitos merupakan wujud kewibawaan para penghulu Jasinga.
Nama Jasinga ditinjau secara autentik yaitu menunjuk pada naskah-naskah kuno atau kajian sejarah Sunda terdapat Jayasinghapura yang berarti gerbang kemenangan yang didirikan oleh Raja Taruma I (Jayasinghawarman).

Dalam naskah sejarah yang ditulis dan dirangkum oleh Panitia Wangsakerta Panembahan Cirebon, nama Jasinga terdapat dalam sejarah Lontar sebagai tempat rujukan untuk melengkapi Kitab Negara Kretabhumi yang disusun untuk pedoman bagi raja-raja nusantara. Kitab itu disusun selama 21 tahun (1677-1698 M) pada masa-masa genting yaitu beralihnya raja-raja di Nusantara ke dalam penjajahan Belanda. Lontar itu berjudul ”Akuwu Desa Jasinga”. Perlu dikaji bila naskah itu masih ada.

Dari mitos seekor Singa, diyakini bahwa sampai saat ini masi ada beberapa ekor Singa yang menjaga wilayah Jasinga walaupun dalam bentuk gaib. Padahal di Jawa Barat tidak ditemukan habitat singa walaupun di Indonesia sekalipun. Jika dikaitkan dengan datangnya raja-raja pendahulu dari India, maka perlambang Singa berasal dari India pula, bisa saja wujud nyata seekor Singa pernah dibawa oleh pembesar yang datang dari India. 

Jasinga tidak layaknya seperti legenda-legenda di Jawa Barat lainnya yang begitu percaya adanya Harimau Pajajaran serta dijadikan lambang atau filosofi tertentu. Masyarakat Jasinga meyakini adanya seekor Singa, hingga pusat kecamatan dilambangkan sebuah Tugu Singa.

Nama singa juga terdapat pada sebuah tanaman yang bernama Singadepa yang tumbuh di hutan-hutan. Daun Singadepa berguna untuk memandikan bayi yang baru lahir, pengharum badan, serta sebagai pencuci darah. Tumbuhan Singadepa mempunyai tinggi + 30 cm, hidup di daerah yang lembab dan tertutup oleh pohon-pohon yang lebih tinggi. Di Jasinga tanaman Singadepa sangat sedikit dan ada di hutan-hutan tertentu, kecuali di hutan pedalaman Baduy hingga ke Lebaksibedug (Citorek) di dekat Gunung Bapang.

Itulah beberapa pendapat mengenai asal usul nama Jasinga yang masih perlu diteliti lebih lanjut keberadaannya, dan diperlukan penelitian Sejarawan. Kitapun masih bertanya-tanya benarkah hewan-hewan Singa itu ada di Jawa Barat bahkan di Indonesia sekalipun.

Terlepas dari itu, orang sependapat bahwa Singa adalah suatu perlambang (hermeneutika) kewibawaan, kejujuran, ketegasan, kemenangan walaupun hanya diceritakan dalam mitos dan legenda. Wallahu’alam.....

Sumber :
1. Sejarah Bogor 1, Saleh Danasasmita, 1983.
Pemerintah Kota Madya DT. II Bogor.
2. Drs. Moh. Amir Sutaarga, Prabu Siliwangi atau Prabu Purana Guru Dewata
Prana Sir Baduga Maharaja Ratu Hadji di Pakuan Padjadjaran. 1473-1513 M.
Bandung. PT. Duta Rakjat, 1965.
3. Prof. Dr. Ayat Rohaedi, SUNDAKALA Cuplikan sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-Naskah Panitia Wangsakerta. Cirebon.
Jakarta, Pustaka Jaya, 2005.
4. Atca & Negara Krethabumi 1.5
Ayat Rohaedi Karya Kelompok kerja di bawah tanggung jawab Pangeran Wangsakerta (Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Bandung, 1986.
5. Drs. Yosep Iskandar, SAWALI.
Komunitas Urang Sunda Internet (KUSNET)
6. Para Sesepuh Jasinga.
7. Kang Yasid dan kang Subani, Warga Cibeo-Kanekes.
8. T. A. Subrata Wiriamiharja, SH. (TASWIR), Muara Seni Bogor Selatan.

Disusun oleh :
Kalakay Jasinga, 2007
http://kalakayjasinga.blogspot.com

Sang"Kolun"

Ini dia satu lagi kue khas Jasinga dan hanya ada di Jasinga dan produsennya pun Cuma ada satu, namanya Ibu Amenah atau lebih dikenal dengan nama Ibu Aam yang sekarang udah jadi pensiunan Guru. Waktu masih aktif sebagai Guru, Beliau mengabdikan dirinya di SDN 6 Jasinga, beliau juga merupakan kaka dari Bi Ipah si pembuat Surabaha. Cukup itu aja perkenalan dengan si pembuat kue yang akan saya ceritakan kali ini. Nama kue yang akan saya ceritakan adalah “SANGKOLUN”, nama itu pasti teramat asing tapi buat warga Jasinga khususnya Babakan Jasinga, Sangkolun sudah menjadi kue yang melegenda, buah tangan yang wajib dibawa ketika hendak berkunjung ke sanak saudara di luar kota. Rasanya yang legit dan tidak terlalu manis bisa membuat anda kecanduan.

Adapun bahan yang digunakan dalam membuat sangkolun adalah.
·                    Beras ketan
·                    Santan Kelapa
·                    Gula Merah
·                    Gula Putih
·                    Garam
·                    Daun Pandan
Untuk takarannya itu Rahasia perusahaan……
Cara membuatnya…
Beras digiling hingga menjadi tepung dan taro di wadah. Lalu panaskan santan dicampur dengan gula pasir, gula merah, garam dan daun pandan sampai gula merah larut. Kalo semuanya sudah tercampur lalu angkat dan tuangkan kedalam tepung beras sambil diaduk, klo sudah rata tuangkan kedalam loyang yang sebelumnya sudah di alas daun pisang dan diolesi pake minyak kelapa. Setelah itu siap untuk dikukus hingga matang. Setelah matang, langsung diangkat dan sangkolun siap dicetak selagi panas.
Sangkolun siap disajikan. Sangkolun itu bisa tahan sampai 4 hari.

Bagi ingin mencoba silangkan berkunjung ke rumah Ibu AAM di kp Babakan rt 02/03 desa Jasinga Kab Bogor…….

Tuesday, October 21, 2014

Surabaha Bukan Surabi

anda pasti sudah sering mendengar kata surabi bahkan mungkin anda mungkin pernah mencicipi kue yang yang namanya surabi itu mulai dari yang rasanya original sampai yang rasanya beraneka. Kali ini saya akan menceritakan tentang kue dari daerah asal saya JASINGA. nama nya mirip dengan surabi, bentuknya juga sama rasanya pun saya rasa mungkin sama. namun entah apa yang membedakan hingga namanya sedikit berbada.
Ini dia kue yang saya maksud namanya Surabaha, sama kan bentuknya klo anda coba cicipi rasanya juga tak jauh berbeda. Surabaha dibuat dengan resep turun temurun. resep nya berasal dari Ma' Encoh lalu sekarang diturunkan kepada anaknya Bi' Ipah yang tak lain adalah ibu saya. si Ibu tetap menjaga keaslian dari surabaha mulai dari resep dan cara pembuatannya surabaha ini dibuat dari campuran tepung beras dan kelapa ditambah air dan garam secukupnya klo ga' salah kyanya itu doang. dalam pembuatan tepung beras si ibu masih mengunakan cara dari yang punya resep .  


Beras yang sudah dicuci lalu dijemur sebentar lalu ditumbuk bersama potongan kelapa yang sudah disiram air panas, di tumbuknya pake lisung dari batu ditumbuk hingga halus dan berulang. setelah semua beras dan kelapa selesai ditumbuk halus dan menjadi tepung lalu didiamkan semalaman. setelah itu baru tepung beras dibuat jadi adonan dengan ditambah air panas dan garam secukupnya. setelah jadi adonan surabaha dibakar dalam periuk tanah menggunakan bara api dari arang atau batok kelapa. jadi dah surabaha yang cuma ada di JASINGA. selain membuat rasa yang original si Ibu juga buat cara manis dengan tambahan gulah merah dan rasa oncom yang lumayan pedas. Surabaha amat cocok buat makan untuk menjamu Tamu.Orang Jasinga yang merantau kekota lalu pulang ke Jasinga tp gak sempet makan surabaha berarti pulangnya belum lengkap. Tp selain Surabaha Jasinga juga punya kue lain yang cuma ada di Jasinga, Namanya SANGKOLUN. nanti akan saya ceritakan dilain kesempatan. untuk sekarang cukup sekian dan terimakasih.



Saturday, October 18, 2014

Nobar layar tancep

malam minggu harus masuk kerja pas sebagian anak muda lain sedak asiknya memadu kasih dengan pasangannya. jam 9 malam terdengar suara dari pemukiman warga dibelakang kantor yang hanya terhalang tembok pembatas setinggi 3 meteran kira-kira. suara terdengan seperti orang lagi nonto tipi pake salon aktip segede gaban. mungkin ada layar tancap pikir kawan saya, iiya mungkin juga sahut teman yang lain. kami pun melanjutkan pekerjaan. Namun suara gaduh yang terdengar seperti memanggil kami untuk menghampiri nya.Akhirnya kira-kira jam setengah sebelasan malam kamipun memenuhi panggilan suara gaduh itu, saya berenam dengan kelima kawan naik ke atap kantor untuk meyakinkan sebenarnya suara gaduh itu berasal dari mana. Begitu nyampai diatas, ternyata benar suara itu berasal dari layar tancep, ternyata di ada salah seorang warga yang lagi hajatan dan "nanggap" layar tancep.
Begitu kami diatas sedang diputar sebuah pilem entah judul nya seinget saya ni pilem pernah diputer ditipi. jadi ke inget masa lalu dulu, dulu dikampung saya jasinga layar tancep sering diputer tiap ada orang hajatan. akhirnya kami berenam nonton bareng layar tancep diatas atap kantor. layak nya orang-orang lagi nonton layar tancep, nonton nya gak bisa pada diem hampir setiap dialog dalam pilem dikomen dan seperti saut sautan antar dipilem dan penonton, yang ada hanya tertawa bersama, saya pun ikut tertawa mendengar komennan kawan saya dan sesekali menimpali sautan mereka sampe pilem pertama selesai. akhirnya pilem keduapun diputar. judulnya "si Buta lawan Jaka sembung" namun karna masih ada kerjaan yang harus diselesaikan kami pun memutuskan untuk turun meninggalkan hiburan dan kembali menjerumuskan diri dlam rutinitas yang membosankan...
SEMOGA LAYAR TANCAP INI tetap ada dan tidak hanya jadi dongen untuk anak cucu nanti........... #savelayartancap

Thursday, October 16, 2014

my son, anak ku, anak uing.

Add caption

  • Nama : Muhamad Dafi Arrasyid,  tadinya mau pake embel-embel "raden" tp kata uwa saya ga' boleh cenah, ktanya embel-embel "raden" atau "ratu", pantesnya dipke ama darah biru, berhubung anak saya darah merah saya ga jadi pake kata "raden". rencana kalo saya dipercaya sama Allah SWT dikasih anak lebih dari satu semuanya akan saya beri nama DAFI, karna DAFI singkatan dari DArah lutFI. nama Dafi sempet disuruh diganti ama tukang Urut katanya keberatan.tp maaf wahai tukang urut itu nama udah ada dari sebelum saya menikah.
  • Tempat/ Tanggal Lahir : BOGOR tepatnya dikampung pasir nangka dirumahnya bidan dewi, tanggal 15 januari 2011 klo ga salah pukul 6 pagi. itu kata emaknya karna pas lahiran saya lagi ada ditempat lain.
  • Alamat : untuk sementara ini dia numpang sama emak bapak nya hehehe
  • Agama: dia terlahir sebagai seorang muslim mka saya akan didik dia buat jadi seorang muslim
  • Makanan faporit (nulisnya bener ga sih) : kerupuk, kalo beli bubur, uduk, pecel, gado-gado atau apa aja yang ada kerupuknya yang paling mungkin abis pasti kerupuknya.
  • Minuman faporit (kayanya aneh penulisnya) : satu sengah taun pertama di paling doyan ASI sampe ayah ga kebagian "ASI" nya hee.berhenti nete dia ganti dia jadi doyan susu Formula, teh pucuk sama granita. "ASI" nya tadi ktanya buat ayah makasih nak.
  • warna faporit (anggap aja benur nulisnya) : apa ya.nyebut warna aja masih salah terus.
  • Hobi : berantakin rumah. jajan ke bang emon (suka takut juga klo anak sya keseringan jajan ke bang emon, takut ....... naudjubillah)

 kyanya itu dulu dah sekelisah tentang dafi...
anak ayah tercinta, kamu bagaikan air ketika ayah ke ausan, kamu bagaikan nasi ketika ayah kelaparan, kamu bagaikan kipas angin ketika ayah kegerahan, pokoknya ada kamu semua masalah ayah terasa ilang. terimakasih ya allah.......

Tuesday, October 14, 2014

assalamu'alaikum

assalamua'alaikum
lgi coba2 bikin blog. katanya sih klo punya blog ada banyak keuntungan, entah apa keuntungannya.
mudah2an keuntungannya bertdatangan. salam kenal buat semuanya.
wassalam..............